Revolusi Mental yang kini Terpental
Oleh : Bishop Dikson Panjaitan,M.Div

KRISTIANINEWS.COM, MEDAN – Redupnya Revolusi Mental diakhir-akhir ini bukan tanpa alasan. Sebab orang yang mengusung jargon yang penuh nilai dan memberikan harapan baru itu kini mempertontonkan kepada seluruh masyarakat, bahwa apa yang dijanjikan dalam Tema besar Revolusi Mental ini sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi. Isu politik Dinasti, pemerkosaan Hukum positif dipertontonkan lewat keputusan MK yang kini di cap sebagai Mahkamah Keluarga, yang dibangun Jokowi saat ini tidaklah bersesuai dengan apa yang disampaikannya 10 tahun lalu. Revolusi Mental yang selama 10 tahun lalu didengungkan oleh Jokowi seharusnya menjadi gerakan sosial masyarakat Indonesia yang berisi proses perubahan pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku masyarakat, bukan malah hanya sebuah jargon Hebat yang aplikasi dan penerapannya justru jauh sekali dari harapan.

Landasan utama revolusi mental ini adalah membentuk masyarakat yang pancasilais dan tujuan akhir revolusi mental adalah juga bermuara kepada pengamalan Pancasila, yang mengandung arti bahwa nilai-nilainya dapat menjadi pedoman masyarakat dalam berperilaku dalam keberagaman di negara kita yang kaya akan budaya ini.

Apa yang menjadi kegagalan Revolusi Mental itu sendiri? Bukankah itu bergantung pada diri kita sendiri? Memang iya, bila sistemnya bagus, aturanya bagus, maka integritas dan mentalnya akan berubah, tapi apa lacur bila yang melanggar semua itu adalah pemimpin yang membawa jargon Hebat Revolusi Mental itu?

Defenisi Revolusi Mental saat ini berubah menjadi Revolusi Mental Keluarga, mental KKN, mental Koncoisme, mental pembiaran, ada hembusan isu Food estate, pembelian pesawat bekas dari Qatar, tapi semua dibiarkan demi sebuah nafsu politik yang sudah diubun-ubun, inikah Revolusi Mental yang dijanjikan itu?

Kini Revolusi Mental sudah benar-benar terpental jauh dari rel nya. Bahkan justru memperkeruh suasana dibangsa ini dan pemimpin sedang menunjukkan sifat aslinya yang pendendam nan kesumat, Dan bila ini dibiarkan mau kemana bangsa ini? (*)

Loading

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *