Kemlinthi, Bohir dan Blunder Trimed
Sebuah Refleksi atas Gonjang-ganjing Politik masa kini

Dalam tahun terakhir ini daya pikat Ganjar kian menyita perhatian publik, bukan hanya Nasional bahkan sampai mancanegara, terbukti relawan Ganjar ada dimana-mana hingga luar negeri. Publik menyoroti tarik ulur tentang pencapresan Gubernur Jateng ini baik dari dalam tubuh partai yang membesarkan namanya, ataupun dari pihak luar partai itu sendiri sangatlah berpengaruh, Disatu sisi ada hasrat sang ibu dan sebagian para penjilat partai yang kukuh untuk memajukan Puan untuk maju jadi capres di 2024 walau hanya no. 2 alias cawapres di pemilu mendatang, Dan di sisi lain ada yang meminta agar bijaksana menyikapi aspirasi dan mood masyarakat untuk memajukan Ganjar. Melihat tingginya ekstabilitas Ganjar dalam survey 6 bulan terakhir yang jauh melesat meninggalkan tokoh lainnya bahkan Prabowo. Ganjar mampu menarik simpatik dan menggerakkan dukungan dari sisi luar PDIP, selain itu juga banyak yang ingin menjegalnya agar tidak masuk dalam bursa pencapresan termasuk dari partainya sendiri seperti Dialog baru-baru ini dengan Ganjarist yang viral, yang diikuti Trimedya Panjaitan kader PDIP dengan menyerang ganjarist dan mengatakan ada bohir-bohir dibalik pergerakan Ganjarist, Trimed (sebutan untuk Trimedya Panjaitan) ini malah jadi blunder untuk PDIP sendiri sebab secara tidak langsung Trimed sedang membuka aib masa lalu bahwa setiap relawan yg dibentuk pasti ada Bohir yang mendanai kira-kira seperti itu. Lalu dalam kesempatan lain trimed juga mencoba berspekulasi dengan menyematkan Kemlinthi untuk Ganjar (congkak) karena dukungan rakyat yang begitu deras. Sindrom akut sedang menjangkiti para kader PDIP saat ini. Akan banyak yang diuji integritasnya kepada partai atau mengikuti murni nya suara hati.

Padahal andai saja PDIP konsisten dengan jargonnya sebagai Partai wong cilik tentulah akan mengikuti kemauan mayoritas rakyat dan simpatisan PDIP dan ini akan mengkatrol suara perolehan pada pemilu april 2024 nanti dimana suara PDIP akan mengalami lonjakan signifikan, dan PDIP kemungkinan akan kembali mendapatkan urutan no satu dengan syarat PDIP berani mengumumkan Capresnya sebelum 9 april 2014.Dan apabila sampai menjelang pemilu legislatif PDIP tidak berani mengambil sikap dan menentukan capresnya sebelum ketinggalan kapal akibat menunggu gerak alam demi menakar kemungkinan memajukan Puan. maka pilihan yang di ambil akan menjadi penentu bagi perolehan suara PDIP nantinya. Akankah Nafsu politik lebih menguasai daripada logika? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Bishop Dikson Panjaitan,STh,M.Div
Melihat, mengamati dari luar pulau

Loading

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *